Nah, periode digital ternyata juga merasuk ke dunia pendidikan. Hal itu dibuktikan dengan munculnya startup di sektor pendidikan, adalah Ruang Guru. Startup ini dirintis oleh dua rekan Adamas Belva Davara (24) dan Iman Usman (23). Kedunya saling mengenal sebelum melanjutkan pendidikan di Amerika Serikat dua tahun lalu.
Iman bercerita, inspirasi mendirikan Ruang Guru berawal dari pengalaman sendiri. Setelah lulus Sekolah Menengan Atas dan mempersiapkan diri untuk dunia kuliah, mereka kesulitan menerima guru atau tentor untuk mendampingi belajar. “Banyak tentor yang mengiklankan dirinya, tapi kami tidak tahu jejak rekamnya seperti apa. Pilihan lain yakni ikut bimbel, tapi yang jadi problem, kami hanya butuh tentor untuk satu mata pelajaran tertentu,” ungkapnya.
Ternyata, dilema ini tak hanya dialami oleh keduanya. Mereka mendapati bahwa banyak orang juga mengalami kesulitan yang sama. Dus, muncullah pandangan baru untuk membuat marketplace untuk para guru dan murid yang diharapkan mampu saling memenuhi kebutuhan. “Murid tentu butuh guru, dan guru pun butuh murid untuk portofolio mereka dan untuk pemasukan,” katanya.
Tadinya, Ruang Guru mau dibentuk jadi bimbingan berguru online. Namun kondisi dalam negeri belum memungkinkan. Salah satu alasan yakni jaringan internet yang tidak cepat. Dus, mereka membuat platform online untuk memfasilitasi kebutuhan para guru dan murid.
Guru yang dimaksud tak hanya orang-orang yang berprofesi sebagai guru, tapi juga orang yang punya pengetahuan dan keterampilan tertentu lantas mau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan tersebut. “Ada orang yang mau mencar ilmu yoyo, tersedia pengajar yoyo di Ruang Guru,” ucap Iman.
Belva dan Iman merintis startup ini pada 2013. Sebelum berangkat ke Amerika Serikat untuk menjalani pendidikan pascasarjana, mereka sudah merekrut beberapa karyawan di Jakarta sebagai cikal bakal Ruang Guru. Lalu, selama berkuliah, mereka menyebarkan Ruang Guru sampai diluncurkan pada April 2014.
Ketika dirilis, sudah ada 500 orang guru yang terdaftar di Ruang Guru. Jumlah ini terus meningkat. Saat ini, kata Iman, jumlah guru sudah mencapai 20.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Adapun jumlah murid yang menggunakan jasa guru ini tak mau dibocorkan Iman.
Untuk tarif pengajaran, Ruang Guru menyerahkan pada para guru untuk memilih tarifnya. “Bayaran selama ini jadi duduk perkara bagi banyak guru. Di sini kami ingin guru bisa memberi nilai pada dirinya sesuai kualitasnya,” ujarnya.
Namun, Belva dan Iman memutuskan tarif pengajaran dimulai dari Rp 50.000 per jam. Batas atasnya ditentukan oleh guru. Iman bilang, kalau dirata-ratakan tarif pengajaran di Ruang Guru Rp 100.000 per jam.
Untuk setiap pengajaran, murid membayar lewat Ruang Guru, bisa ditransfer melalui rekening bank atau menggunakan kartu kredit. Dari tiap transaksi tersebut, Ruang Guru mendapatkan komisi 20%.
Selain itu, Ruang Guru mulai membuka kelas semenjak Agustus. Kelas ini diinisiasi oleh guru yang terdaftar di Ruang Guru dan melewati tahap kurasi. Nanti, sang guru yang menetapkan topik dan tarif pengajaran untuk kelompok berguru. Murid yang tertarik bisa membeli tiket untuk ikut kelas itu. “Ruang Guru menerima komisi 10%-15% dari tiap murid yang mendaftar kelas tersebut,” sebut Iman.
Meski enggan menyebutkan omzet yang diperoleh, Iman yakin peluang bisnis startup di bidang pendidikan terbuka lebar. Pasalnya, belum banyak pelaku perjuangan yang secara
konsisten membuatkan startup serupa.
Saling mengedukasi
Anda tertarik menggeluti startup serupa? Iman mengatakan, tak ada tahapan saklek yang harus dilewati dalam membuatkan startup di bidang pendidikan. Namun, menurut pengalaman, persiapan awal yang harus dilakukan yaitu merekrut guru dan developer untuk menyebarkan situs.
Menurut Iman, banyak orang yang tertarik jadi guru karena selama ini sistem pendidikan yang ada kurang menghargai jasa guru. Iman bilang, baik institusi pendidikan formal maupun informal biasanya menarik komisi tinggi dari guru dengan kisaran 40% - 70%.
Cara mendapatkan guru juga mampu melalui komunitas pengajar. Di sisi lain, para guru juga menerima training dari Ruang Guru. “Mereka tidak hanya mendapat pemasukan, tapi juga ada training dan edukasi lain yang terus kami berikan,” imbuh Iman.
Guru yang mendaftar harus melalui sejumlah prosedur yang dilakukan secara online, seperti mengisi formulir dan melampirkan ijazah. Bila pernah mendapat penghargaan di bidang yang dikuasai, juga bisa disertakan. Selanjutnya, akan ada verifikasi. Bila dinyatakan lolos, maka profil guru tersebut akan ditampilkan di ruangguru.com.
Bagi para orangtua dan murid, Ruang Guru pun kerap memberi edukasi mengenai cara kerja Ruang Guru. Situs Ruang Guru pun dibuat agar memudahkan para orangtua mengakses dan memilih guru untuk anaknya.
Setelah setuju, proses pengajaran berlangsung secara tatap muka. Iman bilang, memang ada risiko bahwa selanjutnya guru dan murid mengadakan transaksi di luar Ruang Guru. Makanya, mereka menciptakan sistem penilaian bagi guru yang tergabung di Ruang Guru. “Semakin elok nilai mereka dan semakin banyak jam mengajar, maka orang-orang akan semakin sering memakai jasanya,” ucap beliau.
Saat mempersiapkan perjuangan ini, Belva dan Iman merogoh kocek sendiri untuk jadi modal. Mereka mulai dengan merekrut guru dan membuat situs. Nah, untuk berbagi startup ini, hasilnya Belva dan Iman menyadari butuh suntikan dana.
Sejauh ini, Ruang Guru didanai oleh dua venture capital. Yang pertama yaitu East Venture yang sudah berlangsung sejak tahun kemudian. Lantas tahun ini, mereka kembali dibiayai oleh perusahaan pembiayaan startup yang belum bisa disebutkan namanya. “Jumlahnya juga tak mampu kami sebutkan alasannya ada non-disclosure agremeent,” tandasnya.
Pendanaan dari pihak ketiga diakui Iman menciptakan perubahan signifikan pada startup-nya. Hal ini mampu dilihat dari karyawan yang terus ditambah. Kalau dulu startup ini dimulai hanya dengan dua karyawan, sekarang Ruang Guru mempekerjakan 16 orang karyawan. “Sampai tamat tahun, kami mau tambah jadi 50 karyawan,” katanya.
Kebanyakan karyawan bergulat di bidang teknis untuk membuatkan situs Ruang Guru. Iman berujar, tenaga kerja untuk bidang teknis ini masih sangat terbatas. Padahal, kebutuhannya cukup tinggi.
Ia melanjutkan, kesuksesan sebuah startup sangat dipengaruhi oleh produk yang dimiliki. Menurut beliau, Ruang Guru mampu menguasai pasar alasannya adalah jadi solusi bagi para guru dan murid. “Itu yang akan terus kami kembangkan,” tambahnya.
Dus, pada awal 2016, Belva dan Iman akan menambah varian jasa yang ditawarkan di Ruang Guru. “Saya belum mampu menyebutkan, tapi masih berhubungan dengan dunia edukasi,” ujar Iman.
Dalam menghimpun guru dan memasarkan jasanya, Ruang Guru gencar memanfaatkan banyak sekali media sosial, seperti Facebook, Youtube, Twitter hingga Google Ads dan SEO serta offline marketing. Mereka juga gencar mengadakan kampanye dalam bentuk kelas-kelas publik bertajuk Campus, School, and Media Visit. Salah satunya, dengan Tempo Group untuk try out seleksi masuk perguruan tinggi tinggi.
Siap menjadi agen jodoh bagi guru dan para muridnya?
No comments:
Post a Comment